My Link

Photobucket

Sensor Gas

Sudah semakin banyak di pasaran telah beredar pengindra gas semikonduktor dari jepang dengan harga yang bermacam-macam dari yang murah sampai yang mahal dan mudah diperoleh untuk pendeteksi gas berbahaya. Tentunya dibedakan oleh sensitivnya sensor tersebut, semakin mahal sensor maka sensitivitasnya semakin bagus.Pengindera gas tersebut bekerja dengan semakin tinggi konsentrasi gas maka resistansinya semakin rendah.

Beberapa macam pengindra gas yang beredar di pasaran antara lain adalah

1) dari sensor jenis AF antara lain: AF 30,AF 50, dan AF 56, ketiga tipe sensor tersebut

mempunyai reaksi terhadap daftar gas yang sama yaitu senyawa halogen, alcohol, propane, metan, buton, bensol, dan juga beberapa senyawa zat lemas organic bentuk gas seperti amoniak, lpg, karbon monoksida. Beda diantara ketiganya terletak pada kepekaan dari masing-masing gas. Misalnya AF 30 sangat peka terhadap asap rokok, AF 50 sangat peka terhadap methana dan buton, dan AF 56 sangat peka terhadap LPG.

2) Dari sensor jenis HS antara lain: HS 133 yang sangat peka terhadap LPG dibandingkan dengan gas-gas lainya seperti CO, alkohol, methana, dan asap rokok, HS 134 yang sangat peka terhadap gas CO dibandingkan dengan gas lainnya.

a sensor hs 133 b rangkaian di dalam sensor.jpg


Cara Kerja HS 133

HS 133 mempunyai 6 pin, 4 diantaranya digunakan untuk menangkap sinyal, dan 2 yang lain untuk pemanas. Pencium utama pada rangkaian pendeteksi gas ini adalah sebuah sensor gas HS 133 yang di dalamnya terdapat kawat pemanas (heater) dari bahannichrome yang berbentuk miniatur dengan nilai resistansi nominal 33 ohm, permukaan sensor dilapisi dengan dioxide (SnO2) yang tahan terhadap panas. HS 133 ini sangat peka terhadap lpg dan cara kerjanya sederhana. Jika molekul gas menyentuh permukaan sensor maka satuan resistanssinya akan mengecil sesuai dengan konsentrasi gas. Sebaliknya, jika konsentrasi gas menurun akan diikuti dengan semakin tingginya resistansi maka tegangan keluarannya akan menurun. Dengan demikian perubahan konsentrasi gas dapat mengubah nilai resistansi sensor dan juga akan mempengaruhi tegangan keluarannya juga, perbedaan inilah yang dijadikan acuan bagi pendeteksi gas berebahaya ini.

FILTER GELOMBANG MIKRO

Filter merupakan rangkaian yang meloloskan sinyal pada lebar pita frekuensi tertentu dan meredam sinyal pada frekuensi yang tidak dinginkan. Berdasarkan daerah frekuensi yang dilewatkan, filter dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: LPF ( Low Pass Filter ), HPF ( High Pass Filter ), BPF ( Band Pass Filter ) dan BSF / BRF ( Band Stop Filter/ Band Reject Filter ).Respon frekuensi dari keempat filter tersebut adalah sebagai berikut :

respon frekuensi filter alow-passbhigh-passcband-pass dan dband-stop.jpg

Suatu filter ideal mempunyai nol rugi-rugi penyisipan (insertion loss) dan group delay yang relatif konstan pada passband, dan redaman yang sangat besar pada stopband. Secara praktis, perancangan sebuah filter sangat menyimpang dari kondisi ideal. Yang terbaik yang dapat terpenuhi adalah untuk mendapatkan sebuah filter yang dapat bekerja dengan cukup baik pada frekuensi yang dibutuhkan. Dalam merancang sebuah filter, persamaan yang dipakai dalam perancangan filter jenis lain pada umumnya menggunakan parameter prototipe LPF (Low Pass Filter), kemudian disintesis dengan pemetaan ke jenis filter yang dirancang dan berberapa parameter yang harus diperhatikan, yaitu: Bandwidth , Frekuensi dan atenuasi pada stop band, Impedansi masukan dan keluaran, Return Loss, Insertion Loss dan Group delay

TIPE FILTER GELOMBANG MIKRO

Pada dasarnya filter dapat dibuat sesuai dengan komponen yang digunakan, dalam hal ini berdasarkan komponen yang digunakan filter dapat digolongkan kedalam 2 jenis yaitu menggunakan komponen diskrit dan komponen terdistribusi.

Filter dengan menggunakan komponen – komponen diskrit biasanya tersusun atas komponen reaktif R ( resistor), L ( Induktor), C (Kapasitor) atau biasa disebut filter pasif dan komponen R,C penguat / Operational Amplifier ( filter aktif).

TERDISTRIBUSI

Filter dengan menggunakan komponen – komponen terdistribusi tersusun atas componen yang berasal dari komponen L,C,R terdistribusi (saluran transmisi). Dalam hal ini beberapa contoh saluran transmisi diantaranya saluran strip, mikrostrip, waveguide, coaxial dan jenis saluran transmisi yang lain.

Teknologi DWDM : Sejarah, Bisnis, dan Prospek


Di dalam sistem telekomunikasi, keterbatasan utama yang sudah menjadi hal umum adalah spektrum dan bandwidth. Namun adanya keterbatasan tidak selalu berdampak buruk khususnya pada perkembangan di bidang telekomunikasi, pertimbangkan yang terjadi belakangan ini pada komunikasi serat optik yang memperindah kilauan cahaya di dalam jaringan-jaringan yang tertanam di dasar samudera bahkan di bawah gedung-gedung bertingkat di kota-kota besar dunia.

Hal menarik dari penggunaan cahaya di dalam sistem komunikasi serat optik adalah fakta bahwa semakin tinggi frekuensi dari suatu gelombang pembawa (carrier), maka bandwidth atau kapasitas transmisinya pun akan semakin besar pula. Hal ini berdasarkan perhitungan dimana bandwidth suatu sistem secara teoritis sebesar 10% dari frekuensi gelombang pembawanya. Dengan demikian, suatu sistem komunikasi serat optik dengan panjang-gelombang sebesar 1550 nm, yang merupakan cahaya tak tampak, secara teoritis dapat memiliki bandwidth sebesar 1,93 x 1013 Hz (19,3 Thz).

+Pada prakteknya, belum ada suatu sistem memiliki bandwidth yang mendekati nilai teroritisnya tersebut. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dari serat optik itu sendiri, dimana semakin besar informasi yang dibawanya, maka akan semakin rentan pula media tersebut menyebabkan dispersi sinyal, suatu keadaan dimana pulsa-pulsa cahaya mengalami pelebaran yang dapat mengakibatkan tumpah tindihnya pulsa-pulsa tersebut di sisi penerima sehingga informasi yang dikirimkan sulit untuk dideteksi. Akan tetapi seiring dengan kemajuan teknologi, sebuah gelombang pembawa mampu mengangkut informasi sampai puluhan Gbps (Gigabit per second) sebagai benih sistem berkapasitas terabit bahkan petabit secara keseluruhan.

Besarnya bandwidth yang mencapai nilai fantastis pada beberapa sistem bukanlah hal yang mubazir mengingat permintaan akan sambungan telekomunikasi dewasa ini menunjukkan gejala yang semakin tinggi saja. Hal utama yang mempercepat hal tersebut adalah berkembangnya aplikasi internet, dimana suatu studi menunjukkan sambungan telepon internasional meningkat dalam tingkatan 8-10% setiap tahunnya, sementara trafik untuk internet mengalami peningkatan lebih dari 85% untuk jangka waktu yang sama.

Project Oxygen, misalnya, yang memiliki kapasitas total sebesar 2,56 Tbps (2,56 x 1012 bps) untuk 8 helai serat optik yang dipergunakannya adalah contoh tercanggih dalam jaringan komunikasi serat optik khususnya aplikasi kabel

laut yang pembangunan untuk keseluruhan fasanya diperkirakan rampung pada pertengahan tahun 2003. Kemampuan sistem yang menakjubkan tersebut didukung oleh penggunaan teknologi DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) yang mempergunakan 32 buah panjang-gelombang dengan kapasitas masing-masing sebesar 10 Gbps untuk setiap helai serat optiknya. Sistem lainnya, yaitu Hibernia, yang menghubungkan kota Boston (USA) dengan daratan Eropa, memiliki kapasitas total 1,92 Tbps yang terdiri dari 4 helai serat optik masing-masing dengan 48 panjang-gelombang berkapasitas 10 Gbps.

Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM)

Hal menarik di penghujung bulan oktober lalu adalah kasus perusahaan Nortel Networks Corp. yang mengajukan tuntutan terhadap perusahaan baru Optical Networks Inc. yang diduga secara sistematis telah ‘membajak’ 19 staf R&D dalam tuduhan percobaan mengklon teknologi networking yang tengah dikembangkannya. Kepanikan perusahaan Nortel Networks tersebut sangat beralasan mengingat teknologi networking yang dimaksud tidak lain adalah DWDM (Dense Wavelength Division Multiplexing) yang menjadi state-of-the-art terkini dalam bidang telekomunikasi.
  • Sejarah Perkembangan DWDM
Pada mulanya, teknologi WDM yang merupakan cikal bakal lahirnya DWDM berkembang dari keterbatasan yang ada pada sistem serat optik, dimana pertumbuhan trafik pada sejumlah jaringan backbone mengalami percepatan yang tinggi sehingga kapasitas jaringan tersebut dengan cepatnya terisi. Hal ini menjadi dasar pemikiran untuk memanfaatkan jaringan yang ada dibandingkan membangun jaringan baru.

Pada perkembangan WDM, beberapa sistem telah sukses mengakomodasikan sejumlah panjang-gelombang dalam sehelai serat optik yang masing-masing berkapasitas 2,5 Gbps sampai 5 Gbps. Namun penggunaan WDM menimbulkan permasalahan baru, yaitu ke-nonlinieran serat optik dan efek dispersi yang semakin kehadirannya semakin significant yang menyebabkan terbatasnya jumlah panjang-gelombang 2-8 buah saja di kala itu.

Pada perkembangan selanjutnya, jumlah panjang-gelombang yang dapat diakomodasikan oleh sehelai serat optik bertambah mencapai puluhan buah dan kapasitas untuk masing-masing panjang-gelombang pun meningkat pada kisaran 10 Gbps, kemampuan ini merujuk pada apa yang disebut DWDM.

Namun pada dasarnya, DWDM merupakan pemecahan dari masalah-masalah yang ditemukan pada WDM, dimana dari segi infrastruktur sendiri praktis hanya terjadi penambahan peralatan pemancar dan penerima saja untuk masing-masing panjang-gelombang yang dipergunakan. Inti perbaikan yang dimiliki oleh teknologi DWDM terletak pada jenis filter, serat optik dan penguat amplifier. Jenis filter yang umum dipergunakan di dalam sistem DWDM ini antara lain Dichroic Interference Filters (DIF), Fiber Bragg Gratings (FBG), Array Waveguide Filters (AWG) and Hybrid Fused Cascaded Fiber (FCF) dengan Mach-Zehnder (M-Z) interferometers. Komponen berikutnya adalah serat optik dengan dispersi yang rendah, dimana karakteristik demikian sangat diperlukan mengingat dispersi secara langsung berkaitan dengan kapasitas transmisi suatu sistem. Jenis serat optik yang banyak dipakai untuk aplikasi DWDM diantaranya LEAF® yang merupakan produk dari Corning®, yang oleh para carriers dipercaya sebagai serat berkualitas terbaik. Sementara penguat optik yang banyak dipergunakan untuk aplikasi demikian adalah EDFA dengan karakteristik flat untuk semua panjang-gelombang di dalam spektrum DWDM. Teknik lain yang yang telah sukses diujicobakan adalah dengan memperpendek jarak antar kanal, yang biasanya berkisar 1 nm menjadi 0,3 nm. Hal ini terutama berguna pada sistem yang spektrum penguatan dari penguat optiknya kurang merata.

  • Katalisator Pertumbuhan Industri Telekomunikasi
Kemunculan teknologi DWDM tersebut dengan segera menjadi daya tarik sendiri bagi perusahaan-perusahaan penyedia jasa telekomunikasi (carriers). Hal ini dikarenakan teknologi DWDM memungkinkan carriers untuk memiliki sebuah jaringan tanpa perlu susah payah membangun sendiri infrastruktur jaringannya, cukup menyewa beberapa panjang-gelombang sesuai kebutuhan dengan daerah tujuan yang sama ataupun berbeda. Metoda penyewaan panjang-gelombang ini pula yang saat ini banyak dilakukan oleh carriers, khususnya yang tergolong baru, di kawasan Eropa, dimana trafik telepon dan internet di kota-kota besar di kawasan tersebut menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi.

Keadaan ini memicu bermunculannya carriers baru yang dengan segera memiliki jaringan yang luas di benua tersebut dengan akses ke seluruh penjuru dunia, meski beberapa carriers yang tergolong mapan lebih memilih untuk membangun sendiri infrastrukturnya dengan alasan kemudahan dalam pengawasan, keamanan dll. Perbedaan strategi tersebut nantinya bakal mewarnai persaingan dalam penguasaan teknologi, manajemen jaringan dsb, meski tidak mesti terjadi perusahaan yang lebih memilih membangun sendiri infrastrukturnya (digger) akan menjadi lebih berkembang (bigger) dan perusahaan yang lebih memilih untuk menyewa panjanggelombang (leaser) menjadi pecundang (loser).

Sementara bagi produsen perangkat telekomunikasi sendiri, kemunculan teknologi ini seakan memberi angin segar bagi perusahaan baru untuk turut bermain di dalam bisnis bernilai milyaran dollar ini. Sebagai contoh adalah Ciena, yang menjadi pemain papan atas untuk produk DWDM.

Perbandingan Beberapa Produk DWDM

Produsen
Produk
Pilihan
Lucent
WaveStar OLS 400 Gbit/s
40 (l ) x 10 Gbit/s atau 80 x 2,5 Gbit/s
Nortel
OpteraLH
32 x 10 Gbit/s
Alcatel
1610
16 x 10 Gbit/s atau 32 x 2,5 Gbit/s
Siemens
Infinity
32 x 10 Gbit/s atau 64 x 2,5 Gbit/s
Fujitsu
FWX320G
32 x 10 Gbit/s atau 64 x 2,5 Gbit/s
Ciena
Sentry4000
96 x 2,5 Gbit
Sumber: Communication International
  • Cost-efective Technology
Maraknya pentransferan data dalam jumlah besar semisal aplikasi multimedia turut mendorong penggunaan teknologi serat optik sampai ke pengguna (end user), dimana aplikasi demikian sangat membutuhkan media transmisi yang dapat diandalkan dari segi kualitas sinyal, waktu akses (no delay), keamanan data, daerah cakupan penerima yang luas, maupun harga jual yang kompetitif, yang kesemuanya itu sudah menjadi karakter suatu jaringan yang menggunakan serat optik sebagai media transmisinya. Kelebihan yang dimiliki media serat optik itu pula yang seringkali dimanfaatkan oleh orang-orang yang bertugas di bidang pemasaran suatu jaringan untuk menarik para pelanggan, terutama kepada jaringan TV kabel (TV networks) dan penyedia jasa telekomunikasi international (carrier), untuk berpaling dari penggunaan satelit sebagai media transmisinya.

Hal tersebut sangatlah beralasan, dari segi biaya misalnya, Project Oxygen mematok harga $10 juta untuk kanal (channel) sebanyak 24 buah, masing-masing sebesar 45 megabit untuk jangka waktu 25 tahun. Hal ini berarti biaya sewa satu buah kanal adalah $16.000 untuk setiap tahunnya. Bandingkan dengan biaya rata-rata penyewaan per tahun sebuah transponder satelit C-band dengan umur operasi antara 5-15 tahun yang memiliki bandwidth sebesar 36 Mhz, yang mana membutuhkan biaya sebesar $1.5 juta - $2 juta untuk kapasitas sebesar 45 megabit.

Terlebih lagi kegagalan jaringan satelit Iridium, yang diproyeksikan untuk mendukung aplikasi telepon satelit, menambah kekecewaan dengan dinyatakan bankrut beberapa bulan yang lalu akibat permasalahan yang tak kunjung selesai dalam peluncuran satelitnya yang berjumlah puluhan itu. Praktis jaringan satelit LEO (low earth obit) lainnya, yaitu Teledesic menjadi pemain utama untuk telepon satelit, meski dapat kita bayangkan biaya yang perlu dikeluarkan untuk satu menit percakapan mengingat jaringan yang mulai beroperasi secara penuh pada tahun 2003 nantinya memiliki 840 satelit yang membutuhkan biaya yang sangat besar yang pada gilirannya berdampak pada pembebanan biaya kepada pelanggan, belum lagi kalau terjadi malfunction yang menambah rumit proses perbaikan. Sementara jaringan wireless terrestrial dirasakan sudah mencukupi kebutuhan para pengguna telepon seluler yang kebanyakan berada di kota-kota besar saja.

Pada perkembangan selanjutnya, teknologi DWDM ini tidak saja dipergunakan pada jaringan utama (backbone), melainkan juga pada jaringan akses di kota-kota metropolitan di seluruh dunia, seperti halnya New York yang memiliki distrik bisnis yang terpusat. Alasan utama yang mendorong penggunaan DWDM pada jaringan akses ini tentu saja kemampuan sehelai serat optik yang sudah mampu mengakomodasikan puluhan bahkan ratusan panjang-gelombang sehingga setiap perusahaan penyewa dapat memiliki ‘jaringan’ masing-masing.

Komoditas Masa Mendatang

Dari segi bisnis terjadinya merger dan akuisisi besar-besaran yang terjadi di industri telekomunikasi belakangan ini juga tidak lepas dari prospek pertumbuhan teknologi serat optik. Sebuah riset menunjukkan bahwa pada tahun 1998 saja terdapat kurang lebih 259 kesepakatan dengan nilai total sekitar $220 milyar. Merger terbesar yang pernah terjadi di dalam industri telekomunikasi adalah yang terjadi di antara perusahaan no 2 dan no.3 terbesar di Amerika Serikat, yaitu MCI WorldCom dan Sprint senilai US$ 115 milyar pada awal bulan october 1999 yang lalu. Perusahaan yang lebih lanjut bernama WorldCom tersebut memfokuskan pelayanannya pada sambungan jarak jauh internasional, komunikasi data, internet, dan wireless yang didukung oleh jaringan serat optiknya yang luas.



Merger dan Akuisisi dalam Industri Telekomunikasi

Tahun
Jumlah kesepakatan
Nilai
(Milyar dollar)
1995
241
27,3
1996
240
78,6
1997
249
92,6
1998
259
219,6
1999
(s/d Mei)
111
156,4

Salah satu alasan yang mendorong terjadinya merger dan akuisisi tersebut tiada lain adalah akses jaringan. Ketika suatu perusahaaan memutuskan untuk membeli perusahaan sejenis lainnya, secara tidak langsung ia pun memperluas akses jaringan maupun pangsa pasarnya. Hal itu yang menjadi dasar pemikiran para CEO perusahaan-perusahaan telekomunikasi besar saat ini dalam mengantisipasi pasar global mendatang, dimana pangsa pasar yang saat ini menjadi target utama perusahaan perusahaan dunia tiada lain adalah kawasan Asia-Pasifik. Kawasan dengan jumlah penduduk terbanyak di bumi ini ternyata baru mencapai sekitar 22% atau senilai 1 trilliun dollar dari keseluruhan pasar untuk jasa telekomunikasi di seluruh dunia. Maka tak heran apabila raksasa-raksasa telekomunikasi, seperti MCI WorldCom, Sprint, AT&T dan BT (British Telecom), sudah jauh hari mengembangkan sayapnya dengan melakukan investasi terhadap perusahaan jasa telekomunikasi setempat, terutama di Jepang, Taiwan, Hongkong, Australia dsb.

Pemfokuskan biaya riset dan pengembangan (R&D) dapat menjadi alasan selanjutnya bagi terciptanya suatu merger, karena bagi pemain besar sekelas WorldCom dan seteru utamanya AT&T, R&D yang menelan biaya milyaran dolar setiap tahunnya merupakan jantung pertumbuhan bisnis mereka. Maka tidak mengherankan apabila langkah sistematis yang dilakukan oleh perusahaan WorldCom yang dibangun dari pengakuisisian 40-an perusahaan yang kesemuanya berkaitan dengan komunikasi melalui jaringan serat optik merupakan langkah spektakuler, dimana ini membantu perusahaan untuk memfokuskan biaya R&D-nya hanya pada satu bidang saja.

Satu hal yang dapat dipetik dari maraknya merger yang terjadi dalam industri telekomunikasi adalah keberadaan bandwidth yang semula hanya merupakan elemen dari sebuah sistem telekomunikasi, belakangan ini sudah menjadi sebuah komoditi yang menentukan apakah sebuah perusahaan memutuskan menggunakan jasa yang ditawarkan oleh suatu carrier atau seorang pengguna internet dalam memilih penyedia jasa internet (internet service provider/ISP) atau bahkan menentukan seberapa tinggi peningkatan atau penurunan nilai saham sebuah perusahaan telekomunikasi di dalam bursa saham New York (NYSE), Nasdaq dsb. Sebagai contoh adalah merger dua raksasa di atas yang mendapat apresiasi positif yang tercermin pada naiknya nilai saham kedua perusahaan yang memiliki nama baru WorldCom tersebut. Sprint FON, misalnya, yang diperdagangkan di New York Stock Exchange (NYSE) mengalami kenaikan sebesar 6,8% dari nilai saham semula sebesar $56,999, sementara rekannya MCI Worldcom yang diperdagangkan di Nasdaq Stock Market mengalami kenaikan sebesar 1,6% dari nilai saham awal sebesar $70,497. Terlebih lagi, memasuki tiga minggu setelah pernyataan merger tersebut dikeluarkan, nilai saham kedua perusahaan tersebut tetap menunjukkan kecenderungan meningkat, Sprint FON saat itu diperdagangkan pada $727/8, sementara MCI WorldCom diperdagangkan pada kisaran $835/8 untuk setiap lembar sahamnya.

  • Kesimpulan
Dengan demikian, keberadaan sistem komunikasi canggih, seperti halnya sistem komunikasi serat optik, merupakan kesempatan baik bagi negara-negara berkembang, khususnya Indonesia dengan jumlah SST kurang lebih 4% dari jumlah penduduknya yang berjumlah lebih 200 juta jiwa tersebut, dalam memenuhi kebutuhan akan permintaan sambungan telekomunikasi yang sedemikian besarnya. Terlebih memasuki era perdagangan bebas nanti, PT. Telekomunikasi Indonesia sudah berancang-ancang melepaskan hak monopolinya untuk penyelenggaraan jasa telekomunikasi lokal yang berarti nantinya pemain-pemain internasional yang memiliki jaringan yang luas dengan keunggulan dalam penggunaan teknologi dan macam jasa yang ditawarkan dengan harga yang sangat kompetitif, akan memasuki pasar Indonesia. Contohnya adalah MCI WorldCom, Sprint, AT&T dan IDT, yang termasuk ke dalam kategori LDDS (Long Distance Discount Service), membandrol secara flat biaya sambungan jarak jauh hanya sebesar 3,5 - 7 sen setiap menitnya.

Meski demikian, di dalam situasi dimana perkembangan teknologi sedemikian pesatnya ditambah lagi persaingan di antara penjual jasa telekomunikasi yang mengakibatkan biaya untuk jasa tertentu menjadi lebih kompetitif, hal terpenting dan mendesak untuk diingat oleh para penyedia maupun pengguna jasa telekomunikasi, pada khususnya, adalah agar mampu memilih dan mengembangkan teknologi yang tepat sesuai kebutuhan dan mengusahakan agar semua itu dipergunakan secara efektif. Berlebihnya suatu komoditi atau jasa yang ditawarkan bukanlah alasan untuk mempergunakan semua itu secara tidak bertanggung jawab.

PLC (PowerLine Communication)

Tenaga listrik yang dibangkitkan oleh pusat-pusat pembangkit pada proses pendistribusiannya ke pelanggan dialirkan melalui jaringan transmisi tenaga listrik.

Struktur dari jaringan penyuplai listrik.JPG

Adapun pada prakteknya, listrik AC yang dibangkitkan oleh pusat-pusat pembangkit terdiri dalam 3 (baca: 3 fasa), urutan fasanya disimbolkan huruf R, S, T dan biasanya diikuti kawat netral (N), tergantung hubungannya berbentuk atau Υ.

Bentuk topologi ∆ danY pada listrik 3 phase.JPG

Pada jaringan kabel tenaga listrik masih memungkinkan dilewatkan sinyal frekuensi diatas 60 Hz sampai orde beberapa MHz. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pada jaringan tenaga listrik masih terdapat kapasitas frekuensi yang tidak digunakan. Teknologi PLC memanfaatkan kanal frekuensi yang tidak digunakan tersebut sebagai frekuensi transmisinya. Umumnya frekuensi yang digunakan berkisar antara 9kHz- 200Mhz

Daerah cakupan frekuensi jaringan Power Line.JPG

Perangkat PowerLine Communication

Perangkat-perangkat yang dibutuhkan dalam merealisaikan jaringan PLC yaitu Base Station, Modem, Repeater, dan Gateway. Base Station dan Modem adalah perangkat dasar dari sistem PLC. Tugas utama dari perangkat dasar adalah persiapan sinyal dan konversinya yang untuk selanjutnya ditransmisikan melalui kabel listrik dan akan ditangkap di penerima. Berikut ini penjelasan fungsi dari masing-masing perangkat PLC: t;o:p>

a. Modem

Sebuah Modem PLC merupakan alat dasar komunikasi data yang digunakan oleh pengguna melalui media transmisi kabel listrik. Pada sisi pengguna ada beberapa standard interface yang dapat digunakan, misalnya Ethernet dan USB dan RJ45. Pada sisi lainnya Modem PLC ini dihubungkan dengan kabel listrik yang menggunakan metode kopling khusus sehingga dapat menginjeksikan sinyal data ke media kabel listrik dan dapat diterima di sisi penerima.

Fungsi dari Modem PLC[.JPG

Kopling tersebut berguna untuk memastikan pemisahan listrik dengan aman dan juga berguna sebagai high pass filter yang memisahkan sinyal komunikasi diatas frekuensi 9 kHz dari frekuensi daya listrik 50 atau 60 Hz. Untuk mengurangi emisi elektromagnetik dari saluran listrik, kopling tersebut bekerja diantara 2 fasa pada area akses dan antara sebuah fasa dan pada konduktor yang netral di area dalam rumah. Modem PLC ini melakukan semua fungsinya pada layer fisik termasuk modulasi dan pengkodean. Data link juga dilakukan pada Modem PLC ini termasuk MAC (Medium Access Control) dan LLC (logical Link Control) sublayer

b. Base Station

Sebuah Base Station PLC menghubungkan sistem akses dari PLC ke jaringan backbone. Base Station ini merealisasikan hubungan antara jaringan komunikasi backbone dan media transmisi kabel listrik. Namun, Base Station tidak menghubungkan perangkat pengguna secara sendiri, tetapi dapat menyediakan jaringan komunikasi multiple, seperti xDSL, SDH untuk koneksi jaringan kecepatan tinggi, WLL untuk koneksi wireless, dan lainnya. Dengan cara ini, sebuah Base Station dapat digunakan untuk merealisasikan hubungan dengan jaringan Backbone menggunakan teknologi komunikasi yang bervariasi.

Fungsi dari Base Station[.JPG

Biasanya Base Station mengontrol jaringan akses PLC. Namun, realisasi dari jaringan kontrol atau fungsi khususnya dapat direalisasikan dalam cara terdistribusi. Pada kasus khusus setiap Modem PLC dapat mengambil alih kontrol sebuah jaringan operasi dan perealisasian hubungan dengan jaringan backbone

c. Repeater

Dalam beberapa kasus, jarak antara pengguna PLC yang ditempatkan di jaringan layanan low-voltage dan Base Station terlalu jauh untuk saling terhubung. Agar dapat terealisasi maka dibutuhkan beberapa Repeater. Repeater berfungsi membagi jaringan menjadi beberapa segmen, dan dapat mengubah jangkauan yang dapat dicakupi oleh jaringan sistem PLC. Segmen atau tingkatan pada jaringan dipisah dengan menggunakan frekuensi yang berbeda-beda. Cara kerjanya yaitu Repeater menerima sinyal transmisi pada frekuensi f1, dikuatkan dan diinjeksikanke jaringan namun dalam bentuk frekuensi f2. Namun, Repeater tidak mengubah isi dari informasi yang ditransmisikan


Fungsi dari Repeater[5].JPG


Jaringan PLC menggunakan Repeater[.JPG

d. Gateway

Ada 2 pendekatan untuk koneksi yang dapat dilakukan oleh pengguna PLC melalui soket dinding ke jaringan sistem PLC:

1. Direct connection, yaitu koneksi langsung

2. Indirect connection over a Gateway, yaitu koneksi melalui Gateway

Pada kasus pertama, Modem PLC langsung dihubungkan ke seluruh jaringan Lowvoltage dan juga langsung terkoneksi ke Base Station. Tidak ada pembagian antara area outdoor dan indoor, dan sinyal komunikasi ditransmisikan melalui unit Power meter. Namun, layanan pada jaringan Power Supply indoor dan outdoor sangatlah berbeda, yang dikarenakan masalah tambahan lain yaitu karakteristik dari saluran transmisi dan masalah kesesuaian elektromagnet.

Koneksi pengguna tanpa melalui Gateway.JPG

Oleh karena itu, pada sistem indirect connection digunakan sebuah Gateway dan sering digunakan sebagai solusi untuk the direct connection. Gateway digunakan untuk membagi jaringan akses PLC dengan jaringan PLC di dalam gedung atau rumah. Gateway juga mengkonversikan atau mengubah sinyal yang ditransmisikan antara frekuensi yang digunakan wilayah akses dan area gedung atau rumah. Biasanya diletakkan dekat dengan meteran listrik. Fungsi tambahan lainnya yaitu memastikan pembagian akses dalam sebuah rumah atau gedung pada logical network. Sehingga, Modem PLC yang ada pada area ruang lingkup sebuah gedung atau rumah dapat saling berkomunikasi tanpa khawatir informasi akan keluar ke area akses. Pada kasus ini, sebuah Gateway PLC berfungsi sebagai local Base station yang mengontrol komunikasi antara Modem PLC internal dan juga antar alat internal dan sebuah akses network. Umumnya sebuah Gateway dapat diletakkan dimanapun di dalam jaringan akses PLC untuk menyediakan sinyal regenerasi(fungsi sebagai Repeater) dan juga pembagi jaringan pada level logical. Dengan cara ini, sebuah PLC dapat dibagi menjadi beberapa subnetwork yang menggunakan media transmisi fisik yang sama

Koneksi pengguna menggunakan Gateway[.JPG

Pada gambar diatas dapat dilihat, kedua Gateway dioperasikan sebagai Repeater yang mengkonversikan sinyal transmisi antar frekuensi f1 dan f2(atau f2 dan f3), sama baik dengan f2 dan f3(atau f2 dan f3). Komunikasi antar anggota dari subnetwork dan Base station sangat mungkin jika melalui Gateway yang bertanggung jawab Namun, jaringan tersebut dapat diatur sehingga Base Station tersebut langsung mengontrol sejumlah pengguna (subnetwork I). Gateway tersebut dihubungkan ke jaringan dengan cara yang sama seperti Repeater. Kesimpulannya, jumlah yang meningkat dari Gateway dalam sebuah jaringan PLC mengurangi kapasitas dan mengakibatkan biaya yang tinggi. Namun, saat Repeater hanya menyediakan sinyal sederhana yang diteruskan, Gateway dapat menyediakan layanan pembagian secara pintar pada sumber jaringan yang ada, dan memastikan jaringan yang lebih efisien

Gateway pada jaringan PLC[.JPG

Struktur dan Topologi Jaringan PLC

a. Topologi Jaringan Penyaluran Tegangan Rendah

Jaringan penyaluran tegangan rendah menggunakan berbagai tipe kabel transformer yang berbeda-beda. Semua dipasang dengan menyesuaikan pada standard . Masing-masing tempat/ Negara berbeda standard tergantung beberapa faktor :

1. Lokasi Jaringan, Jaringan PLC bisa ditempatkan pada area, perumahan, industri atau bisnis, urban dan rural. Masing-masing memiliki karakteristik meliputi jenis layanan, jumlah pengguna yang berbeda.

2. Kepadatan Subscriber, untuk masing-masing area juga memiliki kepadatan berbeda.

3. Panjang Jaringan, jarak antar unit trafo dengan costumer berbeda secara significant untuk area urban dan rural.

4. Design Jaringan, Jaringan LV mempunyai jumlah cabang (network section) yang bervariasi.Bentuk jaringan LV yang umum adalah sebagai berikut:


Bentuk jaringan LV yang umum.JPG

b. Management Jaringan Akses PLC

1. Posisi Base Station

Base Station menghubungkan sistem akses PLC ke jaringan backbone (WAN) dan sesuai, merupakan sentral dalam struktur jaringan PLC. Ada beberapa kemungkinan letak Base Station:

1. Base Station ditempatkan pada unit transformer, menghubungkan ke WAN dan jaringan akses PLC pada topologi jaringan penyaluran tegangan rendah

Base Station ditempatkan pada unit transformer.JPG

2. Base Station ditempatkan pada jalur tegangan rendah.

Base Station ditempatkan pada jalur tegangan rendah.JPG

Jika Base Station tidak ditempatkan pada unit transformer, titik sentral (titik koneksi ke Backbone) dari jaringan PLC dipindahkan ke tempat lain dalam jaringan. BS dapat pindah namun hanya disepanjang kabel saluran tenaga.

c. Segmentasi Jaringan dengan Gateway

Dalam kasus ini Gateway mengontrol jaringan PLC serta melakukan koneksi dengan sentral Base Station. Repeater dan Gateway diaplikasikan pada jaringan akses PLC dan membagi dalam segmen-segmen jaringan yang pendek.

Sistem jaringan akses PLC dengan Repeater.JPG

Faktor batasan realisasi segmentasi jaringan menjadi masalah interfensi antar jaringan yang berdekatan. Maka perlu dipisahkan dengan spektrum frekuensi yang lebar.

Struktur Jaringan PLC dalam gedung

Beberapa kelebihan jaringan PLC dalam rumah:

Media transmisi sudah tersedia dalam jaringan listrik gedung

Jaringan PLC dalam sebuah gedung dihubungkan ke jaringan akses via Gateway, tidak hanya ke sistem PLC tetapi juga bisa dihubungkan ke teknologi akses lainnya (DSL).

Jaringan PLC dalam sebuah gedung bisa berdiri secara mandiri.

Memungkinkan realisasi tanpa Base Station

Topologi jaringan PLC di gedung.JPG

Rahasia Dibalik Gerbang Digital

Pada awalnya beberapa diantara kita bisa cukup terheran-heran, mengapa beberapa piranti digital seperti komputer, kamera, handphone, laptop bisa bekerja dengan mengagumkan hanya dengan memanipulasi beberapa deret angka 1 dan 0 : isyarat digital. Hanya melalui kominbasi 2 angka tersebut bisa tercipta jutaan ekspresi perintah-perintah pada piranti tersebut. Semua ini tentu saja karena jasa besar komponen-komponen penyusunnya yakni gerbang-gerbang digital.

Pertanyaan lebih lanjut, bagaimanakah gerbang-gerbang digital itu bekerja, sehingga bisa membentu untaian ekspresi digital yang sedemikian rupa? Bagaimanakah operasi dasar pada sistem digital (operasi Boolean) yakni AND, OR, NOT, NAND, NOR, bahkan XOR bisa diimplementasikan oleh sebuah rangkaian eklektronis? Bagaimana pula IC yang berisi gerbang NAND selalu paling murah dibandingkan AND?

Ada sedikit penjelasan mengenai pertanyaan di atas. Gerbang-gerbang digital yang dibentuk untuk mengerjakan operasi Boolen tertentu memanfaatkan prinsip kerja pada bahan semikonduktor. Beberapa teknologi yang umum diantaranya adalah Keluarga Bipolar dan Keluarga MOSFET.

Keluarga Bipolar

Seperti namanya, teknologi ini memanfaatkan transistor biasa (BJT : Bipolar Junction Transistor) sebagai komponen utamanya. Transistor BJT dapat berfungsi sebagai saklar dengan input pengendali berupa arus pada kaki Basisnya.

Logika Inverter

Sebagai operasi paling dasar adalah logika Inverter. Operasi ini dibentuk melalui sebuah skematik berikut,

Inverter dengan BJT

Ketika ada arus input pada kaki Basis (dalam hal ini isyarat 1) maka Transistor akan ON dan arus mengalir dari Kolektor ke Emitor, sehingga output F akan bernilai 0. Sebaliknya jika tidak ada arus input pada kaki Basis maka Transistor akan OFF. Tidak akan ada arus mengalir menuju ke Emitor, sehingga arus akan dialirkan ke output. Output bernilai 1.

Logika Dioda

Logika dasar lainnya adalah logika AND yang direpresentasikan oleh pasangan beberapa Dioda. Skematik ini nantinya berfungsi dalam rangkaian logika yang lebih lengkap.

NAND dengan logika Dioda

Ketika salah satu dari input bernilai 0, maka tegangan di x (Vx) bernilai 0,7 volt, seharga tegangan panjar maju untuk dioda silikon. Dioda A dan B akan ON sementara DL akan OFF. Sehingga output 0. Sebaliknya jika kedua input bernilai 1, maka dioda A dan B akan OFF, dan DL akan ON, output bernilai 1.

Logika RTL (Resistor Transistor Logic)

Rangkaian ini merupakan rangkaian pertama dari Keluarga Bipolar, mempekerjakan resistor dan transistor sebagai komponen penyusunnya.

NAND dengan Logika RTL

Konstruksi di atas adalah untuk logika NAND. Ketika salah satu input bernilai 0, maka salah satu transistor akan OFF. Meskipun transistor yang lain ON, arus tetap tidak akan mengalir dari Vcc ke ground karena transistor yang lain OFF. Arus akan mengalir menuju output, output bernilai 1.

Sebaliknya jika kedua input bernilai 1, maka kedua transistor akan ON. Kondisi ini memungkinkan mengalirnya arus dari Vcc ke ground. Output bernilai 0.

Sebagai awal, penjelasan sederhana ini sudah bisa menjawab pertanyaan, bagaimana IC berisi gerbang NAND selalu lebih murah disbanding IC berisi gerbang AND. Karena memang sungguh ironis, rangkaian gerbang AND justru dibuat dari logika NAND dengan sebuah inverter.

Logika DTL (Dioda Transistor Logic)

Rangkaian ini merupakan gabungan dari logika Inverter dan Dioda, untuk menghasilkan arus output yang lebih kuat.

NAND dengan Logika DTL

Skema di atas juga untuk logikan NAND. Ketika salah satu input bernilai 0, maka akan ada dioda yang ON di bagian input, sementara kedua dioda di tengah akan OFF. Hal ini menyebabkan transistor menjadi OFF sehingga arus mengalir dari Vcc ke output, output bernilai 1.

Sebaliknya jika kedua input bernilai 1, maka kedua dioda input akan OFF sementara kedua dioda di tengah akan ON. Hal ini menjadikan transistor ON dan arus mengalir dari Vcc ke ground. Output bernilai 0.

Logika TTL (Transistor Transistor Logic)

Rangkaian ini merupakan pengembangan dari logika DTL, dengan transistor multiple emitter ekivalen dengan logika diode. Logika ini yang paling banyak dipakai dalam keluarga Bipolar.

NAND dengan Logika TTL

Sekali lagi, skema paling dasar di atas juga untuk logika NAND. Ketika salah satu input bernilai 0, maka transistor Q1 akan OFF, demikian pula Dioda D1 dan transistor Q0. Vout akan sama dengan Vcc, output bernilai 1. Sebaliknya ketika seluruh input bernilai 1, maka D1 akan ON demikian pula dengan transistor Q0. Arus akan mengalir dari Vcc ke ground, output bernilai 0.

Pada beberapa rangkaian, terkadang dioda D1 digantikan dengan sebuah transistor.

Keluarga MOSFET

Teknologi kedua adalah dengan menggunakan MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) sebagai komponen penyusunnya. Teknologi ini banyak dipakai dalam pembuatan chip yang lebih kompleks seperti mikroprosessor, karena dalam penyusunannya komponen MOSFET lebih sederhana dan tidak makan tempat. Sehingga teknologi ini memungkinkan terbentuknya IC dengan kemasan VLSI (Very Large Scale IC) yang mampu menampung lebih dari 10000 gerbang.

Transistor MOSFET (selanjutnya disebut transistor MOS) terdiri atas 3 kaki yakni Drain, Gate dan Source. Transistor ini dapat berperan sebagai saklar terkendali tegangan. Berbeda dengan BJT yang merupakan saklar terkendali arus.

Mosfet

Terdapat 2 macam transistor MOS, yaitu transistor MOS kanal negatif (nMOS) dan transistor MOS kanal positif (pMOS). Pada nMOS transistor, ketika kaki Gate diberi tegangan maju (high) maka transistor akan OFF, sebaliknya ketika kaki Gate diberi tegangan 0 (low) maka transistor akan aktif. Pada pMOS transistor berlaku sebaliknya.

Logika Inverter

Sebagai logika paling dasar adalah logika inverter. Skemanya adalah sebagai berikut,

Inverter dengan Mosfet

Rangkaian ini memanfaatkan pasangan nMOS dan pMOS. Ketika input bernilai 0, maka nMOS akan ON dan pMOS akan OFF. Sehingga tegangan output sama dengan Vdd. Output bernilai 1. Sebaliknya ketika input bernilai 1, maka nMOS akan OFF dan pMOS akan ON. Tegangan output sama dengan ground. Output bernilai 0.

Logika NAND dan NOR

Penjelasannya melalui gambar berikut,

Teknologi NAND dan NOR dengan MOSFET

Pada logika NAND, ketika salah satu input bernilai 0, maka salah satu nMOS akan ON dan salah satu pMOS akan OFF. Ini menjadikan tegangan output sama dengan Vdd. Output bernilai 1. Sementara ketika kedua input bernilai 1, maka kedua nMOS akan OFF dan kedua pMOS akan ON. Sehingga tegangan output menjadi sama dengan ground, Output bernilai 0.

Sementara pada logika NOR, ketika salah satu input bernilai 1, maka salah satu nMOS akan OFF dan salah satu pMOS akan ON. Tegangan output sama dengan ground, output bernilai 0. Sebaliknya ketika kedua input bernilai 0, maka kedua nMOS akan ON dan kedua pMOS akan OFF. Sehingga tegangan output sama dengan Vdd, output bernilai 1.

Penjelasan ini menjadikan masuk akal kenapa baik pada keluarga bipolar maupun keluarga MOSFET gerbang NAND dan NOR selalu lebih murah dan lebih sederhana dibandingkan dengan gerbang AND atau OR. Pada level hardware, pembuatan gerbang AND justru membutuhkan gerbang NAND dan gerbang NOT. Sementara pada level logic justru gerbang NAND yang dibuat dari gerbang AND dan NOT.

DIGRAM LADDER DAN ALJABAR BOOLEAN


Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa ladder diagram adalah salah satu bentuk pemrograman yang umum digunakan pada PLC. Metode ini disusun untuk mengurangi kerumitan yang dihadapi oleh teknisi dalam menyeleasaikan tujuannya, dengan cara memodelkan langsung logika yang terjadi pada relay.

PLC banyak dipakai sebagai untai logic, meskipun beberapa PLC terbaru sudah mampu menangani permasalahan analog. Meski begitu, kebanyakan PLC masih dipakai sebagai untai logic, misalnya sebagai pengendali untuk ESD (Emergency Shut Down). Sebagaimana umumnya dalam untai logic/digital, penyelesaian permasalahan tersebut akan lebih mudah jika masing-masing komponen input dan output disajikan dalam logika digital / logika boolean, dengan melibatkan tabel kebenaran, menyusun persamaan output berdasarkan tabel tersebut dalam bilangan biner, kemudian menyederhanakan persamaan tersebut dengan memanfaatkan Karnaugh Map.

Pertanyaannya adalah, ketika persamaan biner itu sedah terbentuk, bagaimana menyajikannya dalam Ladder Diagram (dalam hal ini PLC yang akan dipakai)? Ketika penyelesaiannya melibatkan gerbang digital seperti AND, OR dan NOT mungkin tidak akan ada masalah, tapi penyelesaian dengan menggunakan PLC akan memerlukan sedikit penyesuaian.

Berikut ini adalah beberapa contoh konversi dari gerbang logika dasar ke dalam Ladder Diagram. (Contoh yang diberikan memiliki 2 input dan 1 output).

Logika AND

Tabel kebenaran logika AND adalah sebagai berikut,

Tabel Kebenaran Logika AND

Konversi ke Ladder Diagram,

Ladder Diagram logika AND

Logika OR

Tabel kebenaran logika OR adalah sebagai berikut,

Tabel Kebenaran Logika OR

Konversi ke Ladder Diagram,

Ladder Diagram Logika OR

Logika NOT

Tabel kebenaran logika NOT adalah sebagai berikut,

Tabel Kebenaran Logika NOT

Konversi ke Ladder Diagram,

Ladder Diagram Logika NOT

Logika NAND

Logika NAND merupakan pengembangan dari logika AND, OR dan NOT. Tabel keberannya adalah sebagai berikut,

Tabel Kebenaran Logika NAND

Tabel kebenaran di atas memiliki persamaan sebagai berikut,

O = (A.B)’ = A’ + B’

Sehingga konversi ke Ladder Diagram,

LadderDiagram Logika NAND

Logika NOR

Logika ini juga merupakan pengembangan dari logika AND, OR dan NOT. Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut,

Tabel Kebenaran Logika NOR

Tabel kebenaran di atas memiliki persamaan sebagai berikut,

O = (A + B)’ = A’.B’

Sehingga konversi ke Ladder Diagram,

Ladder Diagram Logika NOR

Logika XOR

Sama halnya dengan kedua logika sebelumnya. logika ini nuga merupakan pengembangan dari AND, OR dan NOT. Logika ini banyak dipakai dalam untai penjumlah (ADDER). Tabel kebenarannya adalah sebagai berikut,

Tabel Kebenaran Logika XOR

Tabel kebenaran di atas memiliki persamaan sebagai berikut,

O = A o B = A’.B + A .B’

Sehingga konversi ke Ladder Diagram,

Ladder Diagram Logika XOR

Teknologi Jaringan Fiber Optik

Teknologi Jarlokaf adalah teknologi yang sedang berkembang, berbagai metode transmisi dimungkinkan untuk diterapkan namun jumlah implementasinya masih relatif terbatas di lapangan. Teknologi jarlokaf yang merupakan teknologi yang telah dikenal di dunia, yang dibahas dalam teori penunjang ini antara lain :

· DLC ( Digital Loop Carrier )

· PON ( Passive Optical Network )

· AON ( Active Optical Network )

Terdapat teknologi lain yang tidak dibahas, yaitu HFC ( Hybrid Fiber Coax ), namun mengingat trend perkembangan optik mengarah pada transmisi full optik ( tanpa melibatkan peran pure - coax ), maka yang dibahas lebih lanjut adalah PON yang dasar teknologinya mengutamakan jalur transmisi optik hingga bagian terjauh sentral. Perencanaan jaringan dengan arsitektur FTTx dengan jaringan full optik, mengintegrasikan teknologi optik yang sudah ada di Indonesia, yaitu DLC atau PON, sementara AON meskipun baru sebagai wacana, tetapi merupakan trend transmisi full optik yang ideal untuk perencanaan FTTH. Ruang lingkup Jarlokaf berdasarkan lebar pita, dibedakan menjadi dua. Pertama narrow band, dengan transmisi kurang dari 2 Mbps, mampu memberikan layanan voice, data, dan citra baik diam antara lain :

· Jenis jasa dan kapasitas

· Kemudahan operational & Maintenance ( Pengoperasian dan Perawatan )

· Konfigurasi dan kehandalan sistem ( reliability )

· Kompatibilitas antarmuka dan sesuai standard ( compatibility)

· Biaya tidak mudah usang dan dijamin produksinya.

· Biaya Efektif

Beberapa teknologi Jarlokaf yang sudah dikembangkan, diurut berdasarkan jumlah implementasi terbanyak beserta kapasitas sistem Jarlokaf, ditunjukan pada tabel dibawah ini :

tabel 2.2 teknologi sistem jarlokaf dlc pon aon.jpg

Digital Loop Carrier (DLC)

Teknologi DLC merupakan hasil teknologi PCM-30 pada sistem jaringan pelanggan. Teknologi ini memiliki dua perangkat utama yaitu di sisi sentral (CT) dan di sisi pelanggan (RT). DLC merupakan perangkat yang memultiplexing sinyal keluaran dari sentral dengan kecepatan 64 kbps menjadi sinyal dengan kecepatan 2 Mbps di sisi pelanggan. Jika dibentuk jaringan local tersendiri maka diperlukan dua DLC yang identik yaitu di bagian sisi sentral dan sisi pelanggan. Konfigurasi DLC terdiri dari:

a. Pada sisi sentral (Exchange DLC Unit) terdiri dari:

- Perangkat DLC mengandung konverter analog ke digital dan orde pertama multiplexer (PM).

- Multiplexer orde tinggi (HOM) menyediakan antarmuka di sisi sentral yang berfungsi untuk multiplexing sinyal keluaran dari perangkat DLC (2 Mbps) dan mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal optik.

b. Pada sisi pelanggan (Remote DLC Unit) terdiri dari:

Perangkat DLC mengandung konverter analog ke digital dan orde pertama multiplexer (PM).

- Multiplexer orde tinggi (HOM) menyediakan antarmuka di sisi pelanggan yang berfungsi mengubah sinyal optik menjadi sinyal elektrik oleh OLTE dan melakukan demultiplexing ke sinyal 2 Mbps. Antara RT-DLC ke pelanggan dihubungkan melalui kabel tembaga. Jarak antara CT-DLC ke RT-DLC adalah sampai 30 km untuk daya sedang. Untuk daya rendah 10 km dan untuk daya tinggi 60 km.


konfigurasi umum dlc.jpg

Sistem DLC bisa digunakan untuk konfigurasi star karena memiliki hubungan kabel fiber optic dari sisi sentral ke sisi pelanggan sebagai hubungan ke setiap titik. Namun DLC dapat digunakan juga dengan konfigurasi ring, dengan menggunakan transmisi SDH.

konfigurasi dlc.jpg

Fungsi bagian Penyusun DLC (mengacu PPJT-KAF ver1.0) adalah sbb:

· Jarlokaf dengan topologi point-to-point (Single star)

· Terdiri dari dua perangkat utama:

CT (Central Terminal) di sisi sentral, dan

RT (Remote terminal) di sisi pelanggan

· Fungsi CT adalah :

Interfacing dengan sentral lokal

Multiplexer/Demultiplexer

Crossconnect dan Controller

Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)

· Fungsi RT adalah :

Interfacing dengan ODN (E/O Converter/OLTE)

Multiplexer/Demultiplexer

Interfacing dengan pelanggan

· DLC pada umumnya digunakan untuk pelanggan yang terkonsentrasi atau untuk gedungbertingkat (high rise building)

AON ( Optical Network Unit )

Teknologi AON mirip dengan teknologi PON, hanya saja perbedaan keduannya terletak pada splitter yang digunakan. PON menggunakan splitter pasif, sedangkan AON menggunkan splitter aktif yaitu Acttive Splitting Equipment ( ASE) atau lebih singkat Active Splitter ( AS). Pada titik percabangan, ASE mempunyai 2 ODN, yaitu primary ODN dan secondary ODN. ASE pada AON berfungsi untuk mendistribusikan informasi dari dan ke OLT, dari satu atau lebih ONU, dengan Kapasitas sebagai multiplexer/ demultiplexer serta sebagai intermediate regenerator, inilah mengapa splitter pada AON bersifat aktif.

Keuntungan yang didapatkan dengan sistem AON adalah :

· Biaya infrastruktur yang felatif murah untuk jangka panjang

· Cakupan daerah pelayanan yang relative lebih luas dibandingkan dengan sistem copper /

tembaga

· Daerah cakupan yang luas, bisa dilayani dengan didistribusi yang merata. Bagi pelanggan yang terletak jauh dari node ( rumah gardu), ASE memberikan daya optik yang lebih besar, sehingga layanan yang diberikan untuk semua pelanggan relative sama.

· Dapat menempuh jarak yang jauh, lebih jauh daripada PON

Teknologi PON ( Passive Optical Network )

PON adalah bentuk khusus dari FTTC atau FTTH yang mengandung perangkat optic pasif dalam jaringan distribusi optik. Perangkat optik pasif yang dipakai adalah konektor, passive splitter dan kabel optik itu sendiri. Dengan passive splitter kabel optik dapat dipecah menjadi beberapa kabel optik lagi, dengan kualitas informasi yang sama tanpa adanya fungsi addressing dan filtering. Dalam PON terdapat tiga komponen utama yaitu Optical Line Terminal (OLT), Optical Distribution Network (ODN) dan Optical Network Unit (ONU). Keluaran dari OLT ditransmisikan melalui ODN yang menyediakan alat alat tramsmisi optik mulai dari OLT sampai pelanggan. ONU menyediakan interface pada sisi pelanggan dari Distribution Point (DS ) dan dihubungakan dengan ODN. Teknologi PON pada dasarnya adalah teknologi untuk hubungan point to multipoint, dan topologi ini sesuai untuk melayani kelompok pelanggan yang letaknya terpisah, dengan hanya menambah perangkat ONU di lokasi pelanggan. Metode akses yang digunakan pada PON salah satunya adalah TDM/ TDMA (Time Division Multiplexing/ Time Division Multiplexing Access). Pada arah downstream, sinyal TDM dari OLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang ditentukan dan disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT.

Tiap ONU hanya mengakses pada slot yang telah ditentukan untuk transmisi. Karena semua informasi downstream disebarkan ke semua ONU, seperti pengamanan sinyal, dengan encryption. Pada arah sinyal optik upstream dari setiap ONU ditransmisikan secara sinkron dengan metoda TDMA untuk menghindari tabrakan, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda beda. Sedangkan panjang gelombang yang digunakan untuk downstream dan upstream pada daerah 1260 nm dan 1360 nm sesuai dengan rekomendasi ITU-T G 957. Metoda lain yang digunakan adalah SDM (Space Division Multiplexing ) dan WDM ( Wavelength Division Multiplexing), tergantung dari sistem yang digunakan, apakah simplex, half duplex, atau full duplex. Untuk WDM transmisi dua arah dapat dilakukan tanpa memerlukan serat tambahan dan tidak meningkatkan bit rate pada saluran, dengan menggunakan sinyal pada panjang gelombang yang berbeda, seperti panjang gelombang 1310 nm dan 1550 nm. Sistem PON terdiri dari perangkat OLT yang dihubungkan dengan sentral lokal ( local exchange ), saatu atau lebih perangkat ODN

topologi ftth berbasis pon .jpg